Kamis, 12 Maret 2009
Mengapa ada kotoran di dalam telinga?
Membersihkan telinga dilakukan untuk mencegah benda asing masuk ke dalam saluran telinga. Kotoran telinga diproduksi oleh kelenjar-kelenjar di telinga bagian luar untuk melindungi telinga bagian dalam dari infeksi. Substansi yang lengket ini justru mencegah debu, kotoran, atau serangga masuk ke dalam telinga. Telinga dapat membersihkan diri sendiri. Kotoran itu akan bergerak perlahan ke atas dan keluar dari telinga, mengering, lalu rontok, atau tercuci ketika Anda keramas. Jika Anda mandi, bersihkan saja bagian luar telinga. "Saluran telinga itu seperti jalan buntu," kata Andrew Cheng, M.D., seorang spesialis THT di Manhattan Eye, Ear and Throat Hospital. "Membersihkan kotoran dengan cotton bud hanya membuat kotoran lebih masuk ke dalam." Anda juga bisa menggores saluran telinga, atau membocorkan gendang telinga.
Selasa, 10 Maret 2009
Alon-alon waton kelakon
Ketika hidup modern menuntut serba cepat dan instan, kita akan jengah dengan ungkapan "alon-alon waton kelakon" tersebut. Ungkapan yang tidak relevan lagi dengan kehidupan modern saat ini. Dan apakah perlu dipertahankan?
Ungkapan ini sering diterjemahkan menjadi " biar lambat asal selamat " dan menjadi aneh dan kurang nyambung atau tidak pas rasanya dengan makna yang sebenarnya. Ungkapan ini dari bahasa Jawa "alon-alon" = pelan-pelan, " waton " = asal, dan " kelakon "= terlaksana. Jadi kalau diterjemahkan menjadi "pelan-pelan asal terlaksana." Maksudnya adalah tidak perlu terburu-buru yang penting toh pada akhirnya terlaksana atau tercapai yang menjadi tujuannya. Sedikit kurang pas jika diterjemahkan menjadi "biar lambat asal selamat".
Ungkapan ini mempunyai maksud:
Ungkapan ini sering diterjemahkan menjadi " biar lambat asal selamat " dan menjadi aneh dan kurang nyambung atau tidak pas rasanya dengan makna yang sebenarnya. Ungkapan ini dari bahasa Jawa "alon-alon" = pelan-pelan, " waton " = asal, dan " kelakon "= terlaksana. Jadi kalau diterjemahkan menjadi "pelan-pelan asal terlaksana." Maksudnya adalah tidak perlu terburu-buru yang penting toh pada akhirnya terlaksana atau tercapai yang menjadi tujuannya. Sedikit kurang pas jika diterjemahkan menjadi "biar lambat asal selamat".
Ungkapan ini mempunyai maksud:
- Penjajagan kedalaman, ketinggian dan keluasan, sejauh mana suatu harapan, keinginan dan impian itu akan terwujud atau terlaksana. Apakah realistis, berdasarkan kenyataan yang ada atau rasional untuk dicapai. Analisa ini penting untuk menghemat energi yang akan kebuang gak karuan, dan untuk ketepatan tindakan yang akan diambil nantinya.
- Ketetapan hati atau kesungguhan untuk mencapai target. Banyak orang hanya mampu membayangkan yang akan diraih tanpa mempertimbangkan kesungguhan, keuletan dan kesanggupan menghadapi hambatan dan tantangan.
- Kesabaran. Tidak semua hal bisa diburu-buru. Banyak hal memerlukan proses dan kita harus mengargai proses itu. Sikap yang buru-buru dan posesif seringkali berakhir dengan kegagalan dan kehancuran yang fatal. Contohnya adalah untuk mendapatkan ayam, kita harus menetaskan telur, bukan dengan memecahkannya. Disinilah kuncinya yaitu kesabaran.
- Kerendahan hati, manakala harapan tidak segera terkabul. Jangan putus asa, usaha dan usaha terus dengan yakin, jangan lekas menyerah dan mundur, suatu saat pasti akan terlaksana. Jaga momentum dan komitmen serta fokus pada tujuan.
Jadi ungkapan ini tidak dimaksudkan untuk membuat kita lamban, melainkan lebih kepada ketepatan dalam bertindak. Pahami persoalan dengan arif dan bijak, pahami keluasanya jangan berpikir sempit, jangan terburu-buru dan gak pakai perhitungan seperti tindakan orang bodoh. Tetapi dengan kematangan dan kedewasaan. Sikap yang fleksibel diperlukan dalam memahami ungkapan ini.
Dan sebagaimana ungkapan-ungkapan nilai luhur nenek moyang yang lain, ungkapan ini pun tidak mengikat. Artinya terserah Anda menafsirkan, sah-sah saja. Tidak ada sanksi hukum. Tapi waktu dan situasi yang akan mengungkapkan kebenarannya.
Ketika milik Anda diakui orang lain
Batik, mungkin adalah sebuah contoh kasus. Ketika kita tidak lagi mau menghargai apa yang menjadi milik kita, kita mengabaikan dan meninggalkan kebanggan kita. Dan ketika kita memandang rendah, milik sendiri. Kita terhentak, manakala bangsa lain mengklaim "batik" sebagai milik mereka dan mematenkannya.
Kita marah-marah, tetapi kita tidak tahu kenapa marah dan kepada siapa kita tujukan kemarahan kita. Kenapa tidak mengkoreksi diri kita sendiri. Apa yang hilang, apa yang kita abaikan, apa yang kita kejar.
Kita marah-marah, tetapi kita tidak tahu kenapa marah dan kepada siapa kita tujukan kemarahan kita. Kenapa tidak mengkoreksi diri kita sendiri. Apa yang hilang, apa yang kita abaikan, apa yang kita kejar.
Langganan:
Postingan (Atom)