Ungkapan ini sering diterjemahkan menjadi " biar lambat asal selamat " dan menjadi aneh dan kurang nyambung atau tidak pas rasanya dengan makna yang sebenarnya. Ungkapan ini dari bahasa Jawa "alon-alon" = pelan-pelan, " waton " = asal, dan " kelakon "= terlaksana. Jadi kalau diterjemahkan menjadi "pelan-pelan asal terlaksana." Maksudnya adalah tidak perlu terburu-buru yang penting toh pada akhirnya terlaksana atau tercapai yang menjadi tujuannya. Sedikit kurang pas jika diterjemahkan menjadi "biar lambat asal selamat".
Ungkapan ini mempunyai maksud:
- Penjajagan kedalaman, ketinggian dan keluasan, sejauh mana suatu harapan, keinginan dan impian itu akan terwujud atau terlaksana. Apakah realistis, berdasarkan kenyataan yang ada atau rasional untuk dicapai. Analisa ini penting untuk menghemat energi yang akan kebuang gak karuan, dan untuk ketepatan tindakan yang akan diambil nantinya.
- Ketetapan hati atau kesungguhan untuk mencapai target. Banyak orang hanya mampu membayangkan yang akan diraih tanpa mempertimbangkan kesungguhan, keuletan dan kesanggupan menghadapi hambatan dan tantangan.
- Kesabaran. Tidak semua hal bisa diburu-buru. Banyak hal memerlukan proses dan kita harus mengargai proses itu. Sikap yang buru-buru dan posesif seringkali berakhir dengan kegagalan dan kehancuran yang fatal. Contohnya adalah untuk mendapatkan ayam, kita harus menetaskan telur, bukan dengan memecahkannya. Disinilah kuncinya yaitu kesabaran.
- Kerendahan hati, manakala harapan tidak segera terkabul. Jangan putus asa, usaha dan usaha terus dengan yakin, jangan lekas menyerah dan mundur, suatu saat pasti akan terlaksana. Jaga momentum dan komitmen serta fokus pada tujuan.
Jadi ungkapan ini tidak dimaksudkan untuk membuat kita lamban, melainkan lebih kepada ketepatan dalam bertindak. Pahami persoalan dengan arif dan bijak, pahami keluasanya jangan berpikir sempit, jangan terburu-buru dan gak pakai perhitungan seperti tindakan orang bodoh. Tetapi dengan kematangan dan kedewasaan. Sikap yang fleksibel diperlukan dalam memahami ungkapan ini.
Dan sebagaimana ungkapan-ungkapan nilai luhur nenek moyang yang lain, ungkapan ini pun tidak mengikat. Artinya terserah Anda menafsirkan, sah-sah saja. Tidak ada sanksi hukum. Tapi waktu dan situasi yang akan mengungkapkan kebenarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar